Cinta, selain kata benda, adalah kata kerja. Usaha. Upaya. Mencoba.
Bukan sekedar "Aku sayang kamu", tapi juga diam-diam memperhatikan pilihan warna bajunya tiap minggu; meneliti betul gaya hidup dan ideologi yang membuatnya memilih demikian bahkan sampai ke level menelusurinya lewat semua sumber yang ada.
Bukan sekedar "Aku rindu kamu" tapi juga belajar cara memasak makanan kesukaannya; untuk lalu mencoba membuatnya memakannya - jika tidak gagal - saat ada kesempatan berjumpa.
Bukan sekedar "Semoga cepat sembuh" tapi memastikan - kalau perlu memaksanya setiap waktu untuk minum obat, tegas melarangnya keluar rumah agar bisa istirahat total; bahkan ia cemberut atau menangis.
Bukan sekedar "Aku ingin selalu menatap wajah cantikmu" tapi memotretnya diam-diam dengan raut muka yang berbeda-beda jeleknya untuk kemudian dipandang saat rindu.
Bukan sekedar "Aku selalu ada untukmu" tapi selalu bangun jika di telepon dan lalu benar-benar menghubungi kembali dan siap mendengarkan meskipun hanya sekedar curhat basa-basi.
Bukan sekedar memanggil "Sayang", tapi tahu persis - dengan upaya stalking dan research maksimal tentang sejarah nama (asli)-nya, arti namanya, semua jenis panggilan dan ejekan nama yang ada sejak lahir sampai sekarang.
Dan begitu teori terus berlanjut. Kembali lagi ke kalimat pertama; Cinta adalah kata kerja. Kata kerja. Kerja. Dan lawan dari kata kerja di dunia ini adalah malas dan tidak ada inisiatif.
Maka adalah pekerjaan rumah bagi semua pasangan yang memutuskan mencintai untuk selamanya, untuk selalu bekerja menghidupkan cinta. Cinta hanya bisa berbinar dalam waktu yang tak lama. Selebihnya, bekerjalah mencari sumber daya energi yang bisa diperbaharui yang selalu cukup persediaannya dalam menghidupkan sinar cinta. Dan Allah-lah sumber segala energi bagi tiap level galaksi yang ada kan? 😉
Search :
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar